Kata Mereka
Aku berlari ke bibir pantai menemui Tiar lelaki yang telah menjadi kekasih
ku selama 1 tahun belakangan ini, ku hampiri dan dia mempersilahkan aku duduk
tepat di hadapannya.
“Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanyanya santai pada kulama aku terdiam menarik nafas yang rasanya nyesak di dada, aku tak tahu harus memulai dari mana, aku takut dia marah jika aku beritahu. Tapi, aku perlu kebenaran dari ini semua, akhirnya ku beranikan diri mengkatakannya meski itu sangat berat terasa
“siapa perempuan yang kemarin bersama mu?”
“perempuan yang mana?” katanya masih dengan sikap santainya
“mereka bilang kamu…” dia meletakkan jemarinya di bibir ku, hingga membuat kalimat ku terpotong.
“jika kamu mendengar apa kata mereka, kamu akan tersakiti” lagi-lagi kata itu dia gunakan untuk mengembalikan keprcayaan ku padanya.
Malam ini aku berkumpul bersama keluarga ku sambil ditemani cemilan kecil, bapak menatap ku tajam entah ada arti dari tatapan itu sama dengan mama yang mengeluarkan kalimat seakan menyindir aku.
“punya pacar itu yang bagusan dikit dong”
“maksud mama?” tanya ku
“apa kamu masih pacaran sama Tiar?” bukan jawaban yang ku dapat. Tapi, pertanyaan dari bapak.
“iya pak” jawab aku menunduk
“akhiri hubungan kalian” pinta papa lantang
“kenapa aku harus mengakhirinya pak?”
“karena bapak tau dia seperti apa” ucap bapak singkat dan pergi meningalkan ku.
“kalau kamu masih sayang sama dirimu, akhiri hubungan kalian” tutur mama mengelus kepalaku.
Pagi ini aku rencananya ingin mencuci di sungai tak jauh dari rumah, sykurlah di sungai tak terlalu ramai hanya ada aku, adik ku, nia dan evi.
Di sela sela aktifitas ku mencuci, kami saling berbagi cerita dan tanpa kau sangka evi mengelurkan pernyataan tentang kekasih ku.
“Kiki kamu masih jalan sama Tiar?”
“iya memangnya kenapa?”
“tadi pagi aku lihat dia sama cewek di dermaga mesra banget”
“oh itu, dia sudah telpon aku katanya dia keluar sama adik sepupunya” kataku menyembunyikan luka ku
“aku yakin itu bukan sepupunya, soalnya kau kenal cewek itu” katanya yakin.
tapi, aku tak ingin terlalu dalam membahas apa yang dia lihat karena aku tersakiti oleh pernyataan itu, dengan terburu buru aku segera pamit pulang.
Berkali kali ku hubungi tak satu pun no HPnya aktif, ku pertanyakan pada kawannya tak satu pun yang mengetahui keberadaanya.
“kemana kamu kak?” tutur ku dalam hati sambil melangkahkan kaki ke rumahnya. dan benar saja di tempat ini aku menemukan dia bersama seorang perempuanan begitu santainya dia menghampiri ku menggengam tangan ku menatap ku lembut
“ini semua tak seperti yang kau lihat Ki”
“iya kak, ini semua tak seperti apa yang kamu katakan” ucap ku menahan air mata
“ternyata benar apa kata mereka, kamu banjingan” lanjut ku, yang kemudian berlari meninggalkan dia bersama perempuan itu. ku temui mama dan ku menangis di peluknya.
“mama maafin aku, harusnya aku percaya apa kata kalian”.
Sumber:
http://cerpenmu.com/cerpen-penyesalan/kata-mereka.html
0 komentar:
Posting Komentar